Kajian Madrastul Walida’in (MAWA) periode Sabtu, 19 Januari 2019 kali ini cukup meriah. Cuaca hujan tidak menyurutkan langkah para orangtua/wali santri untuk hadir.
Materi yang dibahas pada MAWA kali ini adalah bagaimana membangun remaja yang memiliki rasa tanggung jawab kepada Islam. Fakta di masyarakat, remaja saat ini banyak yang berbicara hanya pada keinginannya sendiri. Tentang perasaannya, tentang kehidupan sehari-hari yang sangat jauh dari pemikiran Islam, kebanggaannya pada Islam apalagi tentang tanggungjawabnya kepada Islam.

Apakah mungkin bagi remaja untuk bisa memiliki rasa tanggungjawab kepada Islam?. Jawabnya tentu saja bisa. Karena generasi itu pernah ada. Ali bin Abi Thalib seorang remaja yang mau berkorban menerima amanah dari Rasulullah untuk menggantikan beliau tidur saat kaum quraisy akan membunuhnya diam-diam. Begitu pula dengan Mus’ab bin Umair, adalah anak orang kaya pada masanya, dan bukan menjadi alasan untuk orangtuanya untuk memanjakannya. Ibunya sangat memanjakannya, sehingga ia diminta untuk memilih apakah tinggal bersama ibunya atau memilih tinggal bersama Muhammad. Jawaban Mus’ab karena cinta dan rasa sayang serta kecintaanku pada ibu maka aku memilih bersama Muhamad untuk berjuang demi Islam.
Kalau saat ini banyak orangtua yang mengeluh karena anaknya terbiasa manja dan terbiasa hidup dalam kemudahan sehingga seolah tak mungkin menjadikan anaknya menjadi orang yang bertanggung jawab pada Islam.
Ustadzah Dr. Nurul Hikmah, MA, menyampaikan bahwa ada 2 (dua) hal yang perlu ditanamkan untuk menjadikan anak memiliki rasa tanggungjawab pada Islam. Pertama, Orangtua harus punya komitmen berhijrah yang kuat. Bersumpah bahwa tidak ada kehidupan tanpa aturan Islam, tanpa aturan dari al Qur’an wa sunnah. Hidup penuh dengan ruh dan nilai-nilai Islam. Salah satu contoh mendawamkan sholat malam, niat betul untuk mendoakan anaknya agar menjadi seorang yang sholeh/h. Kedua, harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Risalah perjuangan hidup kita adalah Islam. Anak-anak akan tahu bahwa ibunya adalah pengemban dakwah sekecil apapun perannya.

Oleh karena itu, karena cinta kita kepada Islam dan ingin melahirkan kembali ulama besar yang mampu memimpin umat maka kita ada disini di Bait Qur’any demi kecintaan dan ketaatan kita kepada Allah.