Madrasah Walidain
“ Mendampingi dan Mempersiapkan Kemandirian Aqidah Wa Syariah Remaja”
Sabtu, 23 Januari 2021
Sambutan pertama disampaikan oleh kepala madrasah Tsanawiyah Aliyah ustadzah Nunung Isnaini S.Si. M.Kom
Ustadzah Nunung Isnaini menyampailan kepada orang tua untuk sama sama bersinergi mendampingi anak-anak dalam proses belajar, jika terkendala dalam proses belajar silahkan para wali santri untuk menghubungi pihak guru yang mengajar. Bu Nunung juga mengingatkan kembali betapa pentingnya komunikasi antara orangtua dengan guru.
Sambutan kedua disampaikan oleh pengasuh pondok pesantren ustadz Nurul Habiburrahmanuddin M.A.
Segala musibah yang terjadi bukan karena fenomena alam lempengan bumi bergeser tetapi karena peringatan dari Allah kepada manusia atas dosa yang dilakukan manusia itu sendiri, perbuatan maksiat judi, khamar, mencuri, korupsi, zina, narkoba, dan yang paling berbahaya adalah ketika tidak ada yang mencegah amar ma’ruf dan nahi munkar. Jika semua perbuatan maksiat tidak dicegah maka bencana akan terus menerus bahkan akan hancur kecuali jika semua penduduk bertaubat. Laksanakan syari’at dengan mencegah kemungkaran, ustadz mengajak para guru dan wali santri untuk sama sama berdakwah mencegah kemungkaran, kemudian ustadz juga mengajak kepada para walisantri untuk sama sama bersedekah, makna aqobah adalah ketika seseorang hamba dalam kesulitan ekonomi kemudian mereka bersedekah itulah yang disebut dengan aqobah, terapkan syari’at Islam secara Kaafah (sempurna). Innallaha la yugoyyiru ma biqoumin hatta yugottiru ma bi anfusihim, Allah tidak akan mengubah suatu kaum sebelum mereka mengubahnya sendiri, nabi nuh berdakwah mencegah syirik kemungkaran selama 950 tahun, dan sampai pada akhirnya Allah mendatangkan adzab yang sangat besar kepada kaum nabi Nuh dengan banjir yang sangat besar. Diakhir ceramahnya ustadz mengajak para guru dan walisantri untuk sama sama berubah memperbaiki diri, menegakan syari’at Islam secara Kaafah.
Materi Madrasah Walidain disampaikan oleh Dr. Nurul Hikmah M.A. dengan tema “Mendampingi Dan Mempersiapkan Kemandirian Aqidah Wa Syariah Remaja”
Ustadzah Nurul Hikmah menyampaikan dalam forum majelis ilmu, untuk sama-sama niatkan hadir kajian pagi ini untuk menuntut ilmu dalam majelis ini dengan niat karena Allah dan mencari Ridho-Nya, amal itu tergantung kepada niatnya. Semua orangtua menginginkan anak yang baik dan sholeh, tetapi apakah orangtua siap untuk sungguh sungguh menuntut ilmu dan menerapkan syariat, indikatornya adalah mempunyai kekuatan aqidah dan syariat, dalam kitab ta’limuta’lim “kemuliaan bisa dicapai dengan kesengsaraan” kemandirian syariat adalah bentuk kepribadian, dan kepribadian terbentuk oleh hereditas dan lingkungan, apa itu hereditas ? sifat sifat bawaan dari orangtuanya dan yang kedua adalah lingkungan. Perpaduan antara hereditas dan lingkungan adalah membentuk kepribadian. Keshalehan dan salah anak tergantung pada orangtua. Mengapa anak oranglain paham akan kebenaran? tetapi anak kita tidak paham kebenaran? Bukan persoalan kognitif tetapi berkaitan dengan orangtua. Anak yang sholeh dan sholehah tergantung pada orangtuanya. Anak taat tumbuh ditengah ketaatan orangtua, penanaman syariat apakah yang orangtua ketahui? Apakah orangtua sudah menerapkan syariatnya? Bagaimana seorang anak bisa melakukan interaksi yang benar sesuai syari’at apabila orangtua masih membiarkan anak-anak chating dengan seseorang yang bukan mahramnya.
Taat anak dan perjuangan orangtua jangan sampai terdelete, apa yang sudah dilakukan ??? perintah tidak efektif. Ustadzah nurul memberikan cara untuk menjadi ahli tahajud.
To Be ahli tahajud :
1. berjuang bangun dan membangunkan
2. berjuang meyakinkan diri dan keluarga
3. menjadi teladan
4. rumah yang kondusif
5. suasana yang kondusif
Kemandirian syari’at akan terhalang jika masih selalu main media social, menonton tivi, main handpone, game, nonton korea, hal – hal inilah yang membuat tidak kuat aqidah dan syari’atnya. Ketergantungan game, medsos, pornografi dan aksi :
1. bekal aqidah dan syari’at
2. pemahaman cara cerdas bermedsos
3. pendampingan
4. keteladanan
5. manajemen waktu
6. control dan evaluasi aktivitas
7. batasi medsos anak untuk belajar dan dakwah
Jika cita-cita ingin anak menjadi ulama ialah kesungguhan dan perjuangan yang besar. Kasus yang terjadi pada anak Sumber utama ialah orang tua. Kasus kelalaian ada pada orangtua. Yang pertama akui dihadapan Allah, yang kedua penyesalan, yang ketiga tidak mengulangi lagi. Apabila anak ketergantungan medsos, pornografi, porno aksi maka cara mencegahnya agar tidak ketergantungan ialah dengan :
1. taubat
2. do’a
3. sedekah
4. dakwah terapinya.
Jika anak sedang berinteraksi dengan anak maka langsunglah berdo’a, do’a tidak akan diijabah apabila pikiran kita lalai. Minta agar kita semua dibimbing oleh Allah. Diakhir sesi Ustadzah nurul memimpin do’a agar anak-anak dijadikan anak yang sholeh dan sholehah pertama membaca :
“al-fatihah kemudian dilanjutkan ya Rahman, ya Rahman, ya Rahman, rabbana a’llamhu’ a’llamha, a’llamhum, rabbana faqihhu, faqiha, faqihhum, wa a’lamhum ta’wil, rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti wakina adzabannar”
Selanjutnya, dilanjutkan sesi tanya jawab.
untuk pertanyaan pertama diajukan oleh ibunda Hasna walisantri kelas 11
Bagaimana jika orangtua tidak mengetahui kesalahan anak ?
Jika orangtua tidak tahu kesalahan anaknya maka orang tua yang salah maka itulah kesalahnnya, manusia yang lalai. Jika ingin anaknya tidak melakukan hal hal tidak bermanfaat, maka orangtua harus melakukan hal hal bermanfaat dan menjauhi hal hal tidak bermanfaat. Sebagai orangtua harus intropeksi diri, jika ingin anak rajin muroja’ah, apakah orangtua sudah muroja’ah al-Qur’an ?
Pertanyaan kedua
Diajukan oleh Ustadzah Nunung Isnaini walisantri dari Dinar Mahesa Putri santriwati kelas 10
Bagaimana jika suami tidak bisa diajak sama-sama bersinergi dan berbeda pandangan, bagaimana jika hanya memberi nafkah ?
Wanita sholehah patuh kepada suami, maka selagi tidak melewati koridor syariat maka harus patuh. Cintailah seorang suami dengan bingkai syurga. Seorang istri harus berdo’a mendoakan suami. Sama- sama berproses untuk memperbaiki diri. Sering ikut kajian dan mengaji dan membaca al-Qur’an. Pernikahan ialah sebuah proses.
Pertanyaan ketiga
Diajukan oleh bunda Ali Jibal santri kelas 7,8,11
Bagaimana agar anak tidak melakukan hal yang sama dan mengikuti apa yang orangtua perintahkan? Contohnya ialah muroja’ah hafalan al-Qur’an?
Orangtua harus mendampingi anak secara betul betul. Orangtua harus berada disampingnya. Apabila anak tidak mempunyai kemandirian aqidah. Jika anak terlalu lama di kamar maka harus dicurigai. Apalagi ketika ada televisi dan handphone. Mendampingi proses anak itu ibu melihat aktivitas apa yang dilakukan oleh anak. Pendampingan bukan berada di kamar. Rasulullah SAW saja manusia paling mulia masih bertaubat, apalagi kita manusia harus banyak bertaubat. Apabila ada kesalahan pada anak, maka bertaubat dengan mendampigi secara penuh, kita tidak baik, tetapi berproseslah menjadi lebih baik.
Madrasah Walidain
“ Mendampingi dan Mempersiapkan Kemandirian Aqidah Wa Syariah Remaja”
Sabtu, 23 Januari 2021
Sambutan pertama disampaikan oleh kepala madrasah Tsanawiyah Aliyah ustadzah Nunung Isnaini S.Si. M.Kom
Ustadzah Nunung Isnaini menyampailan kepada orang tua untuk sama sama bersinergi mendampingi anak-anak dalam proses belajar, jika terkendala dalam proses belajar silahkan para wali santri untuk menghubungi pihak guru yang mengajar. Bu Nunung juga mengingatkan kembali betapa pentingnya komunikasi antara orangtua dengan guru.
Sambutan kedua disampaikan oleh pengasuh pondok pesantren ustadz Nurul Habiburrahmanuddin M.A.
Segala musibah yang terjadi bukan karena fenomena alam lempengan bumi bergeser tetapi karena peringatan dari Allah kepada manusia atas dosa yang dilakukan manusia itu sendiri, perbuatan maksiat judi, khamar, mencuri, korupsi, zina, narkoba, dan yang paling berbahaya adalah ketika tidak ada yang mencegah amar ma’ruf dan nahi munkar. Jika semua perbuatan maksiat tidak dicegah maka bencana akan terus menerus bahkan akan hancur kecuali jika semua penduduk bertaubat. Laksanakan syari’at dengan mencegah kemungkaran, ustadz mengajak para guru dan wali santri untuk sama sama berdakwah mencegah kemungkaran, kemudian ustadz juga mengajak kepada para walisantri untuk sama sama bersedekah, makna aqobah adalah ketika seseorang hamba dalam kesulitan ekonomi kemudian mereka bersedekah itulah yang disebut dengan aqobah, terapkan syari’at Islam secara Kaafah (sempurna). Innallaha la yugoyyiru ma biqoumin hatta yugottiru ma bi anfusihim, Allah tidak akan mengubah suatu kaum sebelum mereka mengubahnya sendiri, nabi nuh berdakwah mencegah syirik kemungkaran selama 950 tahun, dan sampai pada akhirnya Allah mendatangkan adzab yang sangat besar kepada kaum nabi Nuh dengan banjir yang sangat besar. Diakhir ceramahnya ustadz mengajak para guru dan walisantri untuk sama sama berubah memperbaiki diri, menegakan syari’at Islam secara Kaafah.
Materi Madrasah Walidain disampaikan oleh Dr. Nurul Hikmah M.A. dengan tema “Mendampingi Dan Mempersiapkan Kemandirian Aqidah Wa Syariah Remaja”
Ustadzah Nurul Hikmah menyampaikan dalam forum majelis ilmu, untuk sama-sama niatkan hadir kajian pagi ini untuk menuntut ilmu dalam majelis ini dengan niat karena Allah dan mencari Ridho-Nya, amal itu tergantung kepada niatnya. Semua orangtua menginginkan anak yang baik dan sholeh, tetapi apakah orangtua siap untuk sungguh sungguh menuntut ilmu dan menerapkan syariat, indikatornya adalah mempunyai kekuatan aqidah dan syariat, dalam kitab ta’limuta’lim “kemuliaan bisa dicapai dengan kesengsaraan” kemandirian syariat adalah bentuk kepribadian, dan kepribadian terbentuk oleh hereditas dan lingkungan, apa itu hereditas ? sifat sifat bawaan dari orangtuanya dan yang kedua adalah lingkungan. Perpaduan antara hereditas dan lingkungan adalah membentuk kepribadian. Keshalehan dan salah anak tergantung pada orangtua. Mengapa anak oranglain paham akan kebenaran? tetapi anak kita tidak paham kebenaran? Bukan persoalan kognitif tetapi berkaitan dengan orangtua. Anak yang sholeh dan sholehah tergantung pada orangtuanya. Anak taat tumbuh ditengah ketaatan orangtua, penanaman syariat apakah yang orangtua ketahui? Apakah orangtua sudah menerapkan syariatnya? Bagaimana seorang anak bisa melakukan interaksi yang benar sesuai syari’at apabila orangtua masih membiarkan anak-anak chating dengan seseorang yang bukan mahramnya.
Taat anak dan perjuangan orangtua jangan sampai terdelete, apa yang sudah dilakukan ??? perintah tidak efektif. Ustadzah nurul memberikan cara untuk menjadi ahli tahajud.
To Be ahli tahajud :
1. berjuang bangun dan membangunkan
2. berjuang meyakinkan diri dan keluarga
3. menjadi teladan
4. rumah yang kondusif
5. suasana yang kondusif
Kemandirian syari’at akan terhalang jika masih selalu main media social, menonton tivi, main handpone, game, nonton korea, hal – hal inilah yang membuat tidak kuat aqidah dan syari’atnya. Ketergantungan game, medsos, pornografi dan aksi :
1. bekal aqidah dan syari’at
2. pemahaman cara cerdas bermedsos
3. pendampingan
4. keteladanan
5. manajemen waktu
6. control dan evaluasi aktivitas
7. batasi medsos anak untuk belajar dan dakwah
Jika cita-cita ingin anak menjadi ulama ialah kesungguhan dan perjuangan yang besar. Kasus yang terjadi pada anak Sumber utama ialah orang tua. Kasus kelalaian ada pada orangtua. Yang pertama akui dihadapan Allah, yang kedua penyesalan, yang ketiga tidak mengulangi lagi. Apabila anak ketergantungan medsos, pornografi, porno aksi maka cara mencegahnya agar tidak ketergantungan ialah dengan :
1. taubat
2. do’a
3. sedekah
4. dakwah terapinya.
Jika anak sedang berinteraksi dengan anak maka langsunglah berdo’a, do’a tidak akan diijabah apabila pikiran kita lalai. Minta agar kita semua dibimbing oleh Allah. Diakhir sesi Ustadzah nurul memimpin do’a agar anak-anak dijadikan anak yang sholeh dan sholehah pertama membaca :
“al-fatihah kemudian dilanjutkan ya Rahman, ya Rahman, ya Rahman, rabbana a’llamhu’ a’llamha, a’llamhum, rabbana faqihhu, faqiha, faqihhum, wa a’lamhum ta’wil, rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti wakina adzabannar”
Selanjutnya, dilanjutkan sesi tanya jawab.
untuk pertanyaan pertama diajukan oleh ibunda Hasna walisantri kelas 11
Bagaimana jika orangtua tidak mengetahui kesalahan anak ?
Jika orangtua tidak tahu kesalahan anaknya maka orang tua yang salah maka itulah kesalahnnya, manusia yang lalai. Jika ingin anaknya tidak melakukan hal hal tidak bermanfaat, maka orangtua harus melakukan hal hal bermanfaat dan menjauhi hal hal tidak bermanfaat. Sebagai orangtua harus intropeksi diri, jika ingin anak rajin muroja’ah, apakah orangtua sudah muroja’ah al-Qur’an ?
Pertanyaan kedua
Diajukan oleh Ustadzah Nunung Isnaini walisantri dari Dinar Mahesa Putri santriwati kelas 10
Bagaimana jika suami tidak bisa diajak sama-sama bersinergi dan berbeda pandangan, bagaimana jika hanya memberi nafkah ?
Wanita sholehah patuh kepada suami, maka selagi tidak melewati koridor syariat maka harus patuh. Cintailah seorang suami dengan bingkai syurga. Seorang istri harus berdo’a mendoakan suami. Sama- sama berproses untuk memperbaiki diri. Sering ikut kajian dan mengaji dan membaca al-Qur’an. Pernikahan ialah sebuah proses.
Pertanyaan ketiga
Diajukan oleh bunda Ali Jibal santri kelas 7,8,11
Bagaimana agar anak tidak melakukan hal yang sama dan mengikuti apa yang orangtua perintahkan? Contohnya ialah muroja’ah hafalan al-Qur’an?
Orangtua harus mendampingi anak secara betul betul. Orangtua harus berada disampingnya. Apabila anak tidak mempunyai kemandirian aqidah. Jika anak terlalu lama di kamar maka harus dicurigai. Apalagi ketika ada televisi dan handphone. Mendampingi proses anak itu ibu melihat aktivitas apa yang dilakukan oleh anak. Pendampingan bukan berada di kamar. Rasulullah SAW saja manusia paling mulia masih bertaubat, apalagi kita manusia harus banyak bertaubat. Apabila ada kesalahan pada anak, maka bertaubat dengan mendampigi secara penuh, kita tidak baik, tetapi berproseslah menjadi lebih baik.
- https://youtu.be/rOMEEvw7zDs